Pengertian Bata Merah, Jenis-Jenis, Kelebihan & Kekurangan, Harga, dan Standar Ukuran Bata Merah Untuk Bangunan

Batu Bata Merah

Batu bata merupakan salah satu bahan untuk pembuatan dinding. Batu bata terbuat dari tanah liat yang dibakar sampai berwarna kemerah-merahan. Definisi batu bata menurut SNI 15-2094-2000, SII-0021-78 merupakan suatu unsur bangunan yang diperuntukkan pembuatan konstruksi bangunan dan yang dibuat dari tanah dengan atau tanpa campuran bahanbahan lain, dibakar cukup tinggi, hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air. Proses pembuatan batu bata dilakukan melalui beberapa tahap. 

Pengertian Batu Bata

Batu bata adalah salah satu elemen (material) pendukung dalam pendirian sebuah bangunan, terbuat dari tanah hitam (humus) dan tanah kuning (tanah liat).Bahan utama batu merah adalah tanah dan air.Bentuk dan ukuran tanah bervariasi.(Subandi, 2013).

Sedangkan batu bata merah adalah salah satu unsur bangunan dalam pembuatan konstruksi bangunan yang terbuat dari tanah lempung/tanah liat ditambah air dengan atau tanpa bahan campuran lain melalui beberapa tahap pengerjaan,seperti menggali, mengolah, mencetak, mengeringkan, membakar pada temperatur tinggi hingga matang dan berubah warna, serta akan mengeras seperti batu setelah didinginkan hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air. (Ramli, 2007).

Standar Batu Bata

Ukuran Standar Bata Merah

Pembuatan batu bata harus memiliki standardisasi, karena dalam pembuatan batu bata merupakan syarat mutlak dan menjadi suatu acuan penting dari sebuah industri di suatu negara khususnya di Indonesia.

Standardisasi menurut Organisasi Internasional (ISO) merupakan proses penyusunan dan pemakaian aturan-aturan untuk melaksanakan suatu kegiatan secara teratur demi keuntungan dan kerjasama semua pihak yang berkepentingan, khususnya untuk meningkatkan ekonomi keseluruhan secara optimum dengan memperhatikan kondisi-kondisi fungsional dan persyaratan keamanan. (Suwardono, 2002).

Adapun syarat-syarat batu bata dalam SNI 15-2094-2000 dan SII-0021-78 meliputi beberapa aspek seperti :

a. Sifat Tampak

Batu bata merah harus berbentuk prisma segi empat panjang, mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang sisinya harus datar, tidak menunjukkan retak-retak.

b. Ukuran dan Toleransi

Standar Bata Merah di Indonesia oleh BSN (Badan Standardisasi Nasional) nomor 15-2094-2000 menetapkan suatu ukuran standar untuk bata merah sebagai berikut:

c. Kuat Tekan

Besarnya kuat tekan rata-rata dan koefisien variasi yang diijinkan untuk bata merah untuk pasangan dinding sesuai Tabel 2.

d. Garam Yang Membahayakan

Garam yang mudah larut dan membahayakan : Magnesium Sulfat (MgSO4), Natrium Sulfat (Na2SO4), Kalium Sulfat (K2SO4), dan kadar garam maksimum 1,0%, tidak boleh menyebabkan lebih dari 50% permukaan batu bata tertutup dengan tebal akibat pengkristalan garam.

e. Kerapatan Semu

Kerapatan semu minimum bata merah pasangan dinding 1,2 gram/cm3.

f. Penyerapan Air

Penyerapan air maksimum bata merah pasangan dinding adalah 20%.

Proses Pembuatan Batu Bata Merah

Proses pembuatan batu bata melalui beberapa tahapan, meliputi penggalian bahan mentah, pengolahan bahan, pembentukan, pengeringan, pembakaran, pendinginan, dan pemilihan (seleksi), adapun tahapan-tahapan pembuatan batu bata, yaitu sebagai berikut. (Suwardono, 2002).

a. Penggalian bahan mentah

Penggalian bahan mentah batu bata merah sebaiknya dicarikan tanah yang tidak terlalu plastis, melainkan tanah yang mengandung sedikit pasir untuk menghindari penyusutan. Penggalian dilakukan pada tanah lapisan paling atas kira-kira setebal 40-50 cm, sebelumnya tanah dibersihkan dari akar pohon, plastik, daun, dan sebagainya agar tidak ikut terbawa. Kemudian menggali sampai ke bawah sedalam 1,5-2,5 meter atau tergantung kondisi tanah. Tanah yang sudah digali dikumpulkan dan disimpan pada tempat yang terlindungi. Semakin lama tanah liat disimpan, maka akan semakin baik karena menjadi lapuk. Tahap tersebut dimaksudkan untuk membusukkan organisme yang ada dalam tanah liat.

b. Pengolahan bahan mentah

Tanah liat sebelum dibuat batu bata merah harus dicampur secara merata yang disebut dengan pekerjaan pelumatan dengan menambahkan sedikit air. Air yang digunakan dalam proses pembuatan batu bata harus air bersih, air harus tidak sadah tidak mengandung garam yang larut di dalam air, seperti garam dapur, air yang digunakan kira-kira 20% dari bahan-bahan yang lainnya, pelumatan bisa dilakukan dengan kaki atau diaduk dengan tangan. Bahan campuran yang ditambahkan pada saat pengolahan harus benar-benar menyatu dengan tanah liat secara merata. Bahan mentah yang sudah jadi ini sebelum di bentuk dengan cetakan, terlebih dahulu dibiarkan selama 2 sampai 3 hari dengan tujuan memberi kesempatan partikel-partikel tanah liat untuk menyerap air agar menjadi lebih stabil, sehingga apabila dibentuk akan terjadi penyusutan yang merata.

c. Pembentukan batu bata

Bahan mentah yang telah dibiarkan 2-3 hari dan sudah mempunyai sifat plastisitas sesuai rencana, kemudian dibentuk dengan alat cetak yang terbuat dari kayu atau kaca sesuai ukuran standar SNI S-04-1989-F atau SII-0021-78. Agar tanah liat tidak menempel pada cetakan, maka cetakan kayu atau kaca tersebut dibasahi air terlebih dahulu. Lantai dasar pencetakan batu bata merah permukaannya harus rata dan ditaburi abu. Langkah awal pencetakan batu bata yaitu letakkan cetakan pada lantai dasar pencetakan, kemudian tanah liat yang telah siap ditaruh pada bingkai cetakan dengan tangan sambil ditekan-tekan sampai tanah liat memenuhi segala sudut ruangan pada bingkai cetakan, selanjutnya cetakan diangkat dan batu bata mentah hasil dari cetakan dibiarkan begitu saja agar terkena sinar matahari. Batu bata mentah tersebut kemudian dikumpulkan pada tempat yang terlindung untuk diangin-anginkan.

d. Pengeringan batu bata merah

Proses pengeringan batu bata akan lebih baik bila berlangsung secara bertahap agar panas dari sinar matahari tidak jatuh secara langsung, maka perlu dipasang penutup plastik. Apabila proses pengeringan terlalu cepat dalam artinya panas sinar matahari terlalu menyengat akan mengakibatkan retakan-retakan pada batu bata nantinya. Batu bata yang sudah berumur satu hari dari masa pencetakan kemudian dibalik. Setelah cukup kering, batu bata tersebut ditumpuk menyilang satu sama lain agar terkena angin. 

Proses pengeringan batu bata memerlukan waktu dua hari jika kondisi cuacanya baik. Sedangkan pada kondisi udara lembab, maka proses pengeringan batu bata sekurang-kurangnya satu minggu.

e. Pembakaran batu bata

Pembakaran yang dilakukan tidak hanya bertujuan untuk mencapai suhu yang diinginkan, melainkan juga memperhatikan kecepatan pembakaran untuk mencapai suhu tersebut serta kecepatan untuk mencapai pendinginan. Selama proses pembakaran terjadi perubahan fisika dan kimia serta mineralogy dari tanah liat tersebut. Proses pembakaran batu bata berjalan seimbang dengan kenaikan suhu dan kecepatan suhu, ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan, yaitu: (Suwardono, 2002).
  • Tahap pertama adalah penguapan (pengeringan), yaitu pengeluaran air pembentuk, terjadi hingga temperatur kira-kira 120°C.
  • Tahap oksidasi, terjadi pembakaran sisa-sisa tumbuhan (karbon) yang terdapat di dalam tanah liat. Proses ini berlangsung pada temperatur 650°C-800°C.
  • Tahap pembakaran penuh. Batu bata dibakar hingga matang dan terjadi proses sintering hingga menjadi bata padat. Temperatur matang bervariasi antara 920°C-1020°C tergantung pada sifat tanah liat yang dipakai.
  • Tahap penahanan. Tahap ini terjadi penahanan temperatur selama 1-2 jam, pada tahap 1, 2 dan 3 kenaikan temperatur harus perlahan-lahan, agar tidak terjadi kerugian pada batanya. Antara lain: pecah-pecah, noda hitam pada bata, pengembangan, dan lain-lain.

Bahan Penyusun Batu Bata

Bahan penyusun batu bata ada beberapa macam meliputi, tanah lempung, tanah lanau, pasir, dan air. Adapun bahan penyusun batu bata, yaitu sebagi berikut; (Elianora, 2010).

a. Tanah lempung

Tanah lempung adalah material dasar dalam pembuatan batu bata jenis bakar dan jemuran. Tanah lempung yang diolah tersebut berasal dari pelapukan batu-batuan seperti basal, andasit, granit dan lainnya yang banyak mengandung felsfar, felsfar merupakan senyawa dari silika-kalsium-aluminium, silikatnatrium-aluminium, silikat-kalsiumaluminium.

Pemanfaatan tanah lempung untuk pembuatan batu bata, dibutuhkan beberapa syarat sebagai berikut ini.
  1. Tanah lempung yang digunakan harus memenuhi sifat plastis dan kohesif sehingga dapat mudah dibentuk. Lempung yang memiliki nilai plastis yang tinggi dapat menyebabkan batu bata yang dibentuk akan retak atau pecah saat dibakar. Lempung untuk bahan baku pembuatan batu bata harus mempunyai tingkat pelastisan plastis dan agak plastis, dari indeks keplastisannya, lempung untuk batu bata mempunyai tingkat keplastisan 25% - 30%.
  2. Hasil pembakaran lempung harus menunjukkan sifat-sifat tahan terhadap rembesan air, tidak lapuk oleh waktu dan merah warnanya.
  3. Lempung yang kurang kadar besinya akan pucat warnanya. Kadar besi 5% - 9% dalam lempung menghasilkan warna merah pada bata yang sudah dibakar.
  4. Tidak boleh mengandung butiran kapur dan kerikil lebih besar dari 5 mm.

b. Tanah Lanau (silts)

Tanah lanau (silts) sebagian besar merupakan fraksi mikroskopis (berukuran sangat kecil) dari tanah yang terdiri dari butiran-butiran quartz yang sangat halus, dan jumlah partikel berbentuk lempengan-lempengan pipih yang merupakan pecahan dari mineral mika. Mempunyai ukuran kurang dari 0,075 dan dinamakan lanau apabila bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastisitas (plasticity index, PI ) sebesar 10 atau kurang menurut sistem klasifikasi AASHTO.

c. Pasir

Pasir merupakan suatu partikel-partikel yang lebih kecil dari kerikil dan lebih besar dari butiran lempung yang berukuran antara 5 – 0.074 mm (bowles,1986) yang bersifat tidak plastis dan tidak kohesif. 

Pembuatan batu bata bakar dan jemuran, biasanya digunakan tanah lempung yang mengandung pasir yang disebut juga tanah lempung berpasir atau didatangkan dari tempat lain. Keberadaan pasir sangat dibutuhkan sebagai material tambahan untuk mengurangi keplastisan tanah lempung dan penyusutan
batu bata. Namun biasanya kadar pasir halus dapat menyebabkan batu bata yang di bakar akan retak atau pecah.

d. Air

Air merupakan bahan yang sangat penting dalam proses reaksi pengikatan material-material yang digunakan untuk pembuatan batu bata. Agar batu bata mudah dicetak, perlu adanya penambahan kadar air pada kadar tentu sesuai jenis batu bata yang diproduksi.

Biasanya dalam pembuatan batu bata lempung, penambahan kadar air ditandai dengan tidak terjadi penempelan tanah lempung pada telapak tangan. Disamping itu perlunya pemeriksaan visual lebih dahulu terhadap air yang digunakan seperti syarat air tawar, berwarna bening, tidak mengandung minyak, garam, asam, alkali, tidak mengandung banyak sampah, kotoran dan bahan organik lainya.

Acuan Kelayakan Batu Bata Merah

Jika Anda hendak membeli batu bata merah, perhatikan beberapa hal berikut untuk menentukan acuan kualitas dari batu bata merah.

  • Ukuran batu bata rapi, tidak banyak yang keropos, pecah, atau hancur meski ditumpuk di pasaran maupun ketika diturunkan dari truk
  • Bentuk dan ukuran batu bata merah relatif seragam dengan permukaan yang cukup rata.
  • Batu bata yang baik cenderung memiliki sudut balok yang tajam dan tidak melengkung.
  • Tidak mengandung banyak garam
  • Jika digores dengan besi tidak membekas dan tidak menimbulkan suara garing.
  • Tidak tergores dengan kuku.
  • Jika dibelah, warna batu bata merah relatif sama.
  • Tidak banyak kerusakan jika dibanting

Jenis-Jenis Batu Bata Merah

Terdapat berbagai jenis batu bata merah yang bisa Anda temukan di pasaran. Berikut adalah beberapa diantaranya.

1. Batu Bata Merah Biasa

Bata Merah Biasa

Jenis batu bata merah ini masih dibuat dengan cara manual, yait menggunakan tangan. Selain itu, proses pembakarannya juga masih menggunakan pembakaran dengan sekam padi.

Alhasil, bentuk batu bata merah yang dihasilkan tidak rata, tidak seragam, dan warna yang dihasilkan pun cenderung membekas sisa proses pembakaran.

2. Batu Bata Merah Oven

Bata Merah Oven

Seiring dengan semakin canggihnya zaman, orang sudah mengenal mesin untuk mencetak batu bata merah. Salah satu hasilnya yaitu batu bata merah oven.

Saat ini, jenis batu bata merah jenis ini sudah banyak ditemui di pasaran. Memiliki karakteristik yang seragam, rapi dan kokoh, batu bata ini termasuk sesuai dengan kriteria batu bata yang baik.

Kelebihan dan Kekurangan Batu Bata Merah

Bahan material bata merah yang terbuat dari tanah liat yang di cetak kemudian dibakar dengan suhu tinggi sehingga menjadi kering dan berwarna kemerahan. Sebagai bahan material yang paling banyak digunakan karena sangat mudah didapatkan dan sudah teruji ketahanannya, bata merah juga mempunyai kelebihan dan kekurangannya dibandingkan dengan batu bata lainnya. berikut ini kelebihan dan kekurangan dari bata merah.

Kelebihan bata merah:

  1. Mudah untuk di susun dan di pasang sehingga tidak memerlukan keahlian terntentu
  2. Mudah diangkut karena ukurannya yang kecil
  3. Harganya cukup murah
  4. Tidak memerlukan perekat khusus (cukup semen dan pasir)
  5. Tahan panas sehingga melindungi bangunan lebih lama dari api.

Kekurangan bata merah:

  1. Sulit membuat pasangan bata yang rapi
  2. Bahannya adalah bahan yang menyerap panas saat musim panas dan menyerap dingin saat musim dingin, sehingga suhu ruangan di dalamnya tidak stabil
  3. Cenderung boros dalam menggunakan material perekat
  4. Bata merah adalah material yang cukup berat sehingga menimbulkan beban lebih pada struktur bangunan

Harga Batu Bata Merah

Berikut adalah kisaran tabel dari harga batu bata merah yang beredar di pasaran.
Daftar Harga Bata Merah
Demikianlah artikel mengenai Pengertian Bata Merah, Jenis-Jenis, Kelebihan & Kekurangan, Harga, dan Standar Ukuran Bata Merah Untuk Bangunan. Semoga artikel ini dapat berguna dan bermanfaat untuk Anda semua. Terimaksih

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Pengertian Bata Merah, Jenis-Jenis, Kelebihan & Kekurangan, Harga, dan Standar Ukuran Bata Merah Untuk Bangunan"

Posting Komentar