Arsitektur Art Deco – Pengertian, Sejarah, Karakteristik, dan Contoh Bangunan Bergaya Art Deco di Indonesia

Arsitektur Art Deco – Dalam kesempatan kali ini saya ingin membahas mengenai sebuah gaya desain arsitektur yang pertama kali dikenal pada tahun 1966 yaitu tepatnya pada masa perang dunia I sampai mau berakhir perang dunia II, yaitu arsitektur bergaya Art Deco. Untuk kamu yang pengen tahu lebih lanjut bagaimana gaya desain arsitektur Art Deco, simaklah ulasan pada postingan berikut ini. 

Arsitektur Art Deco merupakan gaya desain yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1966 dalam sebuah pameran dengan tema “Les Années 25” sebagai acara peninjauan kembali terhadap pameran “l’Expositioan Internationale des Arts Décoratifs et Industriels Modernes” yang diselenggarakan pada tahun 1925 di Paris. Istilah Art Deco ditulis dalam sebuah katalog yang diterbitkan oleh Musée des Arts Decoratifs di Paris. Semenjak saat itu nama Art Deco mengacu pada desain seni yang sedang populer dan modern.

Gaya Desain Arsitektur Art Deco

Art Deco adalah gaya hias yang lahir setelah Perang Dunia I dan berakhir sebelum Perang Dunia II yang banyak diterapkan dalam berbagai bidang, misalnya eksterior, interior, mebel, patung, poster, pakaian, perhiasan dan lain-lain dari 1920 hingga 1939, yang memengaruhi seni dekoratif seperti arsitektur, desain interior, dan desain industri, maupun seni visual seperti misalnya fesyen, lukisan, seni grafis, dan film. Gerakan ini, dalam pengertian tertentu, adalah gabungan dari berbagai gaya dan gerakan pada awal abad ke-20, termasuk Konstruksionisme, Kubisme, Modernisme, Bauhaus, Art Nouveau, dan Futurisme. Popularitasnya memuncak pada 1920-an. Meskipun banyak gerakan desain mempunyai akar atau maksud politik atau filsafati, Art Deco murni bersifat dekoratif. Pada masa itu, gaya ini dianggap anggun, fungsional, dan ultra modern (Wikipedia).


Sejarah Desain Art Deco

Crown of the General Electric Building di New York

Art Deco merepresentasikan modernisasi dunia yang begitu cepat. Ketika gaya ini sudah menyebar luas dan sudah ada di dunia ''fashion'' di Amerika dan Eropa, kata - kata "Art Deco" sendiri tidak dikenal. Modernistik atau 1925 Style yang menjadi namanya. Kata Art Deco sendiri mulai muncul dari tahun 1925 di sebuah konferensi l'Exposition Internationale des Arts Decoratifs Industriels et Modernes yang diadakan di Paris, Prancis. Kata Art Deco termasuk terminologi yang baru pada saat itu, diperkenalkan pertama kali pada tahun 1966 dalam sebuah katalog yang diterbitkan oleh Musée des Arts Decoratifs di Paris yang pada saat itu sedang mengadakan pameran dengan tema “Les Années 25”. Pameran itu bertujuan meninjau kembali pameran internasional l’Expositioan Internationale des Arts Décoratifs Industriels et Modernes. Sejak saat itu nama Art Deco dipakai untuk menamai seni yang saat itu sedang populer dan modern. Munculnya terminologi itu pada beberapa artikel semakin membuat nama Art Deco eksis. Art Deco semakin mendapat tempat dalam dunia seni dengan dipublikasikannya buku “Art Deco” karangan Bevis Hillier di Amerika pada tahun 1969.

Dalam perjalanannya Art Deco dipengaruhi oleh berbagai macam aliran modern, antara lain Kubisme, Futurisme dan Konstruktivisme serta juga mengambil ide-ide desain kuno misalnya dari Mesir, Siria dan Persia. Meskipun Art Deco terlihat seperti ultra modern, sebenarnya bisa ditelaah kembali ke zaman kuburan Mesir kuno. Secara khusus, penemuan kubur Raja Tut pada tahun 1920 membuka pintu lebar terhadap gaya ini. Garis yang tegas, warna - warna yang kuat dan fitur - fitur arsitektural yang berbentuk zig-zag ditambahkan ke dalam objek - objek yang diletakkan di dalam kubur untuk menghibur dan mencerahkan raja yang sedang tertidur.

Eksposisi Paris benar - benar menjadi momok, namun itu bukan awalnya. Tahun 1925 berbagai bangunan mengaplikasikan elemen - elemen yang menuju ke gaya Art Deco. Contohnya adalah Stasiun Kereta Api Eliel Saarinen di Helsinki, Finlandia 1904 - 1914. Dengan 4 figur raksasa, setiap figurnya memiliki Globe of Light atau bola lampu, yang sangat esensial bagi Art Deco

American Radioator Building - The Bryant Park Hotel in New York

Munculnya nama Art Deco pada beberapa artikel membuat namanya semakin eksis. Art Deco semakin mendapat tempat dalam dunia seni setelah terbit sebuah buku berjudul “Art Deco” karangan Bevis Hillier di Amerika tahun 1969. Paris dinilai sebagai pusat seni desain Art Deco. Hal ini dapat dilihat dari model furnitur buatan Jacques-Emile Ruhlmann, yang dikenal sebagai ahli desainer gaya Art Deco yang terbaik. Gaya Art Deco menggambarkan maskulinitas dengan garis-garis yang tegas. Hal ini dipengaruhi oleh Revolusi Industri di Inggris pada penghujung abad ke-19, ketika mesin pabrik pada saat itu akhirnya mampu menciptakan suatu hal yang sangat sulit diciptakan oleh manusia, salah satunya adalah garis lurus.

Desain Art Deco memberikan kebebasan berseni bagi desainer untuk menciptakan sebuah makna modern pada desain interior yang dibuatnya. Modern dapat diartikan sebagai berani tampil beda dan baru, serta tampil lebih menarik dari yang lain dan tidak kuno. Semua hal tersebut diwujudkan dengan pemilihan warna mencolok, proporsi yang tidak biasa, penggunaan material terbaru, dan dekorasi yang megah.


Ciri Khas dan Karakteristik Arsitektur Art Deco

Dalam perkembangannya, Art Deco memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan dengan arsitektur lain. Berikut adalah karakteristik Art Deco yang dapat kita temui dalam bangunan dan rumah:

1. Adanya Ziggurat

Ziggurat adalah struktur bertingkat yang terlihat seperti tangga. Gaya arsitektur Art Deco sebetulnya terpengaruh oleh gaya arsitektur purba dari Babilonia dan Mesir. Ziggurat merupakan sebutan bagi punden berundak dari peradaban Mesopotamia dan juga merupakan cikal bakal piramida Mesir.

2. Sisi bangunan melengkung

Sisi bangunan berbentuk melengkung merupakan ciri khas yang tidak dapat dipisahkan dari bangunan bergaya Art Deco. Akan tetapi, tidak semua sisi bangunan menggunakan sudut melengkung, hanya satu atau dua bagian sisi bangunan.

3. Atap datar

Art Deco juga merupakan turunan dari gaya kubisme yang sangat mengagungkan bentuk kubus. Maka, seringkali bangunan Art Deco memiliki atap yang datar, tidak miring seperti bangunan kebanyakan. Atap bergaya Art Deco juga biasanya dihiasi dengan parapet (penghalang pendek di tepian atap) atau bahkan menara.

4. Glass block

Penggunaan glass block atau balok-balok kaca digunakan secara ekstensif sebagai pengganti jendela. Fungsinya adalah untuk memaksimalkan masuknya cahaya ke dalam rumah.

5. Unsur abstrak pada desain

Salah satu ciri khas Art Deco yang paling terlihat adalah padu padan setiap detailnya yang kadang terlihat kontras, namun tetap serasi. Perpaduan dari berbagai bentuk, ornamen, dan teksur memberikan kesan abstrak tersendiri dan menjadikan desain Art Deco semakin menarik.

6. Warna yang variatif

Sebagai salah satu desain yang terkenal penuh dengan kreatifitas, pemilihan warna dalam desain Art Deco juga tidak mengenal batasan. Bahkan, sering ditemukan penggunaan warna-warna terang yang mencolok dalam rumah bertema Art Deco.

7. Material yang beragam


Material furnitur yang digunakan dalam desain interior Art Deco sangatlah beragam. Hal ini ditujukan untuk menciptakan kesan serasi dalam dekorasi ruang. Namun, rumah bergaya Art Deco sering menggunakan beton sebagai material utamanya terutama untuk dinding rumah.

8. Furnitur yang artistik

Kunci dalam desain Art Deco adalah keserasian dalam berbagai bentuk dan warna yang berbeda. Maka, furnitur dengan kesan artistik sering kali digunakan.  

9. Karpet motif Art Deco

Penggunaan karpet bermotif Art Deco dapat menjadi pilihan untuk rumah modern Anda. Selain menambah nilai seni, penggunaan karpet dengan motif Art Deco juga memberikan nuansa berbeda pada ruangan.

10. Kaca besar

Penggunaan kaca besar dapat memberikan kesan luas pada ruangan dan kaca selalu menjadi elemen dekoratif yang diutamakan. Kaca besar dengan desain Art Deco yang geometris dapat menambah kesan artsy pada ruangan.

11. Lampu hias bergaya Art Deco

Saat ini lampu tidak hanya dinilai dari aspek fungsinya saja, tetapi juga dari segi estetika ruangan. Lampu hias bergaya Art Deco yang kental akan perpaduan warna dan bentuknya yang unik dapat membawa suasana baru pada rumah.


Empire State Building

Salah satu gedung paling terkenal di dunia yang memiliki gaya desain Art Deco adalah Empire State Building. Empire State Building memiliki bentuk yang paling konvensional dari gaya Art Deco. Desain gedung ini memiliki ciri khas arsitektur gedung sebelum Perang Dunia II yang terletak di New York. Gedung ini memiliki bentuk bangunan seperti kubus dengan berbagai bentuk yang ditumpuk, dengan jendela yang tersusun rapih mengelilingi gedung. Bangunan ini memiliki bentuk yang lebih luas pada dasarnya dan mengerucut ke puncaknya. Bentuknya yang simetris, dengan potongan garis-garis lurus dan jendela panjang merupakan ciri khas dari bentuk desain Art Deco.


Bangunan Bergaya Art Deco di Indonesia

Di Indonesia sendiri banyak sekali contoh bangunan dengan gaya Art Deco yang sebagian besar dapat kita temukan di Bandung. Masa kejayaan arsitektur Art Deco di Bandung terjadi sekitar tahun 1920-an. Saat itu pemerintah Hindia Belanda berencana memindahkan ibu kota dari Batavia ke Bandung. Kemudian secara bertahap didirikanlah gedung-gedung baru untuk perkantoran Hindia Belanda dengan gaya arsitektur yang sedang populer saat itu yaitu Art Deco.

1. Villa Isola, Bandung

Villa Isola (sekarang Bumi Siliwangi) adalah sebuah bangunan art-deco di bagian utara Bandung, ibu kota provinsi Jawa Barat, Indonesia. Menghadap ke lembah dengan pemandangan kota, Villa Isola selesai dibangun pada tahun 1933 oleh arsitek Belanda Wolff Schoemaker untuk taipan media Belanda Dominique Willem Berretty, pendiri agen pers Aneta di Hindia Belanda. Tujuan awal bangunan itu adalah untuk rumah pribadi Berretty, tetapi kemudian diubah menjadi hotel setelah kematiannya dan sekarang berfungsi sebagai kantor rektorat Universitas Pendidikan Indonesia.

Villa Isola, Bandung

Berlokasi pada tanah tinggi, di sisi kiri jalan menuju Lembang (Jln. Setiabudhi), gedung ini dipakai oleh IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Bandung, yang sekarang menjadi Universitas Pendidikan Indonesia-UPI). Villa Isola adalah salah satu bangunan bergaya arsitektur Art Deco yang banyak dijumpai di Bandung.

Villa Isola dibangun pada tahun 1933, milik seorang hartawan Belanda bernama Dominique Willem Berretty. Kemudian bangunan mewah yang dijadikan rumah tinggal ini dijual dan menjadi bagian dari Hotel Savoy Homann. Perkembangan selanjutnya, ia dijadikan Gedung IKIP (sekarang UPI) dan digunakan sebagai kantor rektorat.


2. Bioskop Megaria, Jakarta

Bioskop Metropole, Jakarta

Bioskop Metropole di Kota Jakarta adalah sebuah gedung bioskop bersejarah yang dibangun pada tahun 1932 dengan nama Bioscoop Metropool, sesuai dengan ejaan bahasa Belanda pada waktu itu. Sejak tahun 1993, Metropole dimasukkan sebagai cagar budaya oleh gubernur Jakarta. Selain bioskop yang kini dikelola oleh 21 Cineplex group, terdapat pula gerai kopi Starbucks, toko roti, dan restoran di lantai dua. Sementara gedung kedua kini ditempati ruang pamer Grohe, produk sanitasi air asal Jerman.

Bioskop Metropole terletak di dekat persimpangan antara Jalan Pangeran Diponegoro, Jalan Pegangsaan Timur, dan Jalan Proklamasi, di kawasan perumahan mewah Menteng, di Jakarta Pusat. Gedung ini dekat dengan perlintasan kereta api yang menghubungkan Stasiun Cikini dan Stasiun Manggarai (kini rel layang kereta api).

Metropole terdiri dari tiga gedung utama. Satu gedung digunakan sebagai bioskop, yang kini dimiliki oleh grup 21 Cineplex. Dahulu bioskop ini hanya memiliki satu teater yang berukuran sangat besar, yang mampu menampung sekitar 1.000 orang penonton termasuk kursi di balkon. Gedung ini kemudian direnovasi dan dibagi menjadi empat teater, masing-masing berkapasitas kurang dari 170 orang. Dua gedung lainnya terletak di bagian pinggir dan belakang: satu digunakan sebagai salah satu sinepleks (teater 4) dan ruang pertunjukan, dan satu lainnya sebagai tempat perkantoran dan supermarket. Supermarket Hero yang menempati gedung kedua kemudian digantikan dengan ruang pamer Grohe, produk sanitasi air (keran, pancuran air, dll.) asal Jerman. Seluruh gedung ini berdiri di atas tanah 11.800-m² dan memiliki total 12 pengontrak.

3. Grand Hotel Preanger, Bandung

Prama Grand Preanger (dahulu Grand Hotel Preanger) adalah hotel 5-bintang terletak di pusat kota Bandung adalah salah satu hotel besar dan tertua di Bandung.

Grand Hotel Preanger, Bandung

Pada tahun 1884, ketika para Priangan planters (pemilik perkebunan di Priangan ) mulai berhasil dalam usaha pertanian dan perkebunan di sekitar kota Bandung - dahulu bernama Priangan - mereka mulai sering datang untuk menginap dan berlibur ke Bandung. Kebutuhan mereka disediakan oleh sebuah toko di Jalan Groote Postweg (sekarang Jalan Asia Afrika). Tetapi kemudian toko itu bangkrut, sehingga pada tahun 1897 oleh seorang Belanda bernama W.H.C. Van Deeterkom toko itu diubah menjadi sebuah hotel dan diberi nama Hotel Preanger Kemudian pada tahun 1920 berubah menjadi Grand Hotel Preanger .

Selama seperempat abad Grand Hotel Preanger yang berarsitektur gaya Indische Empire menjadi kebanggaan orang-orang Belanda di Kota Bandung yang kemudian pada akhirnya direnovasi dan didesain ulang pada tahun 1929 oleh Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker dibantu oleh mantan muridnya, Ir. Soekarno (mantan Presiden RI pertama).


4. Hotel Bidakara Grand Savoy Homann, Bandung

Hotel Bidakara Grand Savoy Homann, Bandung

Arsitek A.F. Aalbers. Hotel yang dikenal dengan arsitektur gaya art-deco dan nuansa warna abu-putihnya tersebut telah hidup sejak 1871. Kala itu, gedung Savoy Homann belum semegah seperti saat ini. Pada era kolonial Belanda tersebut, lokasi yang kini menjadi hotel tiga lantai itu ditempati oleh sebuah rumah milik keluarga berkebangsaan Jerman, keluarga Homann. "Savoy itu artinya megah, dan Homann diambil dari nama keluarga. Jadi Savoy Homann itu artinya hotel megah milik keluarga Homann." 

Demikianlah ulasan artikel mengenai Arsitektur Art Deco – Pengertian, Sejarah, Karakteristik, dan Contoh Bangunan Bergaya Art Deco di Indonesia. Semoga dengan adanya tulisan diatas dapat menambah wawasan dan pengetahuan  yang lebih luas tentang gaya desain arsitektur yang satu ini.


Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Arsitektur Art Deco – Pengertian, Sejarah, Karakteristik, dan Contoh Bangunan Bergaya Art Deco di Indonesia"

Posting Komentar